Rakyat indonesia yang saya cintai sampai akhir hayat nanti. akhir-akhir ini kita benar-benar dibuat jengkel dengan sistem yang dibuat oleh pemegang kekuasaan di negri ini. berawal dari kasus mafia pajak yang sampai sekarang tidak jelas sampai mana, lalu kisah suntik silikon malinda dee yang sempat diberitakan heboh oleh media, lalu kasus pelanggaran HAM di Bima, sampai kasus korupsi oleh anggota partai pemegang kursi terbanyak di gedung dewan yang terhormat tersebut. coba kita flassback ke belakang, dari sekian banyak kasus tersebut. apakah pernah publik mendengar putusan hakim bahwa si Tersangka "dalam tanda kutip" telah mendapat putusan hakim dengan seadil-adilnya. apakah sebanding dengan hukuman yang dijalani oleh pencuri ayam? atau samakah dengan hukuman nenek minah di banyumas.
Sungguh ironi memang para penegak hukum harusnya mempunyai prinsip kemanusiaan, buka cuma
menjalankan hukum secara positifistik. Kondisi Negara Hukum Indonesia kita dewasa ini
sangat memprihatinkan. Hukum diperlukan agar kebijakan-kebijakan
kenegaraan dan pemerintahan dapat memperoleh bentuk resmi yang bersifat
mengikat dan dapat dipaksakan berlakunya untuk umum. Karena hukum yang
baik kita perlukan dalam rangka pembuatan kebijakan (policy making)
yang diperlukan merekayasa, mendinamisasi, mendorong, dan bahkan
mengarahkan guna mencapai tujuan hidup bersama dalam wadah Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Di
samping itu, dalam rangka pelaksanaan kebijakan-kebijakan tersebut (policy
executing), hukum juga harus difungsikan sebagai sarana pengendali
dan sebagai sumber rujukan yang mengikat dalam menjalankan segala roda
pemerintahan dan kegiatan penyelenggaraan negara.
Di periode kedua masa
kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ini banyak
kebijakan-kebijakan yang tidak populer dan menimbulkan kontroversial di
masyarakat. Sebut saja kebijakan dana talangan untuk Bank Century yang
awalnya 632 Milyar membengkak sampai 1000% menjadi 6,7 Trilyun.
Kebijakan ini sekarang banyak diperbincangkan oleh masyarakat setelah
DPR membentuk Pansus Skandal Bank Century. Saat ini kasus tersebut masih
dilakukan penyelidikan oleh pansus untuk mengetahui apakah ada
pelanggaran hukum dari kebijakan ini. Siapa yang salah dalam skandal
Bank Century ini?. Semua saksi yang dimintai keterangan masih saling
melempar tanggung jawab. Banyak diantara saksi yang dicurigai terlibat
hanya mengandalkan sebuah kata “TIDAK TAHU, TIDAK INGAT, TANYAKAN SAJA
PADA…,”. Semua itu hanya untuk ‘ngeles’ dari tanggung jawab yang harus
mereka pertanggungjawabkan.
Belakangan ini muncul
kebijakan rencana untuk pembelian Pesawat Kepresidenan. Pembelian
pesawat kepresidenan menurut saya adalah sesuatu kebijakan yang tidak
tepat waktu, kondisi, dan situasi yang dihadapi Indonesia saat ini.
Mengingat kemiskinan di Indonesia masih merajalela. Semua orang mungkin
sudah paham betul bahwasanya pesawat kepresidenan adalah sesuatu yang
dibutuhkan. Namun demikian bukan sesuatu kebutuhan yang sangat mendesak.
Disaat kepercayaan
atas kepemimpinan duet SBY-Boediono ini menurun, pemerintah semakin
menunjukkan eksistensinya dengan membuat kebijakan-kebijakan yang sangat
tidak populer dan controversial. Sangat ironi rasanya ketika
kebijakan-kebijakan tersebut harus menghabiskan uang rakyat milyaran
rupiah. Salah satunya selain yang saya sudah sebut diatas adalah
renovasi pagar Istana Negara yang menghabiskan biaya sebesar 22 Milyar.
Bayangkan saja hanya untuk sebuah pagar sampai menghabiskan uang begitu
besarnya. Mobil dinas para pejabat tinggi Negara, Toyota Crown Royal
Saloon, yang harga satu unitnya mencapai 1,3 Milyar. Ini sebenarnya
tidak boleh terjadi. Mobil dinas dengan harga segitu terlalu mahal untuk
para pejabat tinggi Negara. Malaysia saja yang konon negaranya lebih
makmur dari Negara kita kepala pemerintahannya hanya menggunakan mobil
dinas seharga 600-an juta rupiah, itupun mobil yang dipakai adalah mobil
buatan dalam negeri Malaysia sendiri.
Sepertinya pemerintah
yang ada saat ini kurang begitu sensitive dengan kondisi kemiskinan yang
ada di masyarakat. Kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan sama sekali
tidak pro-rakyat. Semakin banyak kebijakan yang tidak pro-rakyat dibuat,
akan semakin banyak masyarakat yang mengalami kemiskinan. Pantas saja
sekarang di Negara kita, tepatnya di Jakarta, ada WISATA KEMISKINAN.
Meski demikian saya tidak setuju dengan adanya wisata kemiskinan
tersebut karena sama saja menjelekkan Negara sendiri. Tetapi
setidak-tidaknya mengingatkan kepada pemerintah bahwa masyarakat kita
ternyata masih banyak yang miskin.
Kembali ke rencana
pembelian pesawat kepresidenan tadi. Dengan kondisi ekonomi Indonesia
yang buruk, seharusnya pengeluaran anggaran di prioritaskan untuk
kesejahteraan rakyat. Entah berapa harga pesawat yang akan menjadi
pesawat pribadi presiden ini. Namun uang muka yang harus dibayar
pemerintah adalah sebesar 200 Milyar. Kalau kita menilik harga Boeing
737-200 jika dirupiahkan harganya berkisar antara 400-700 Milyar.
Pemerintah beralasan
pembelian pesawat kepresidenan ini untuk menghemat biaya ketimbang harus
menyewa pesawat dan adanya kebanggaan memiliki pesawat kepresidenan
sendiri. Aahh..,Ini adalah sebuah alasan yang hanya bersifat normatif
saja.
Bangga memiliki
pesawat kepresidenan sendiri semakin menunjukkan bahwa pemerintahan
SBY-Boediono sarat dengan ke-arogan-an dan cuma ingin menunjukkan
eksistensinya diatas penderitaan rakyat Indonesia yang harus berjuang
dengan kemelaratannya. Jika uang 200 Milyar itu untuk membiayai
anak-anak yang putus sekolah karena kemiskinan, berapa ribu anak
Indonesia yang dapat melanjutkan sekolahnya lagi dengan uang 200 Milyar
tersebut. Itu menurut saya akan lebih bermanfaat daripada membeli
pesawat kepresidenan yang kebutuhannya saat ini tidak mendesak.
Dengan kondisi yang
dihadapi saat ini, menyewa sajalah pesawat untuk kunjungan ke dalam
negeri dan keluar negeri. Toh uang yang dikeluarkan untuk menyawa
pesawat tersebut pada akhirnya akan masuk ke kas Negara lagi. Selama ini
pesawat yang dipakai oleh presiden adalah pesawat sewaan dari Garuda
Indonesia, Pelita Air, atau memakai pesawat milik TNI jenis Fokker 28.
Kalau membeli pesawat untuk ‘kebanggaan’ (lebih tepatnya ‘Gaya-gayaan’),
saya katakan “ NO!!”,.
Bebicara masalah
renovasi pagar istana Negara. Ada hal yang menarik untuk kita simak.
Selain karena untuk keamanan presiden sendiri di istana, renovasi pagar
istana Negara tersebut juga di peruntukkan untuk keamanan menyambut
kedatangan Presiden AS, Barrack Obama, ke Indonesia. Wow!! Begitu
besarnya anggaran yang dikeluarkan hanya untuk menyambut seorang Barrack
Obama, yang kedatangannya mungkin hanya beberapa jam saja di Indonesia.
Sering kita dengar
baru-baru ini Bapak ‘Beye’ (SBY) berbicara tentang ancaman keamanannya.
Salah satunya adalah ancaman pembunuhan terhadap dirinya. Bapak ‘Beye’
bilang ancaman pembunuhannya bukan main-main, ini laporan inteligen
Negara. Wacana ini kadang-kadang membuat masyarakat bingung. Kalau
memang ada tangkap saja oknum itu Bapak ‘Beye’!!. Saya pun mengutuk
keras terhadap ancaman pembunuhan tersebut. Saya pikir Bapak ‘Beye’
tidak usah khawatir dengan ancaman tersebut. Saya yakin Paspampres
(Pasukan Pengamanan Presiden) siap sedia mengamankan Bapak Presiden
dimana saja berada. Karena paspampres adalah pasukan yang sudah
dirancang sedemikian sehingga keamanan seorang presiden akan terjamin.
Namun demikian saya
sangat kecewa ketika Bapak ‘Beye’ terlalu sering memberikan wacana
tentang keamanan dirinya melalui ancaman pembunuhan, beliau lupa bahwa
rakyat Indonesia juga butuh keamanan. Bagaimana dengan keamanan rakyat
dan bangsa Indonesia Bapak ‘Beye’??. ini juga harus menjadi perhatian
pemerintahan sekarang ini.
Semoga ke depannya
pemerintah lebih hati-hati dalam membuat kebijakan. Saya berharap
kebijakan-kebijakan yang dibuat nanti diprioritaskan hanya untuk
kepentingan rakyat dan kesejahteraan rakyat.
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !